Source: http://germo-ndeso.blogspot.co.id/2012/02/cara-membuat-tanggal-posting-blog.html#ixzz4ObErovl4
Apa jadinya jika sebuah pulau dihuni oleh salah satu spesies paling berbahaya di muka bumi? Sebuah pulau yang jauh di Samudera Atlantik ini memiliki pemandangan berupa tebing karang dan hutan tropis yang terlihat sangat indah. Masyarakat setempat di Sao Paulo, Brasil, menyebutnya Ilha da Queimada Grande. Namun dunia justru mengenalnya dengan sebutan Snake Island atau pulau ular.
Di pulau ini hidup si viper tombak emas atau Bothrops Insularis, ular dengan kepala berwarna emas jika terkena sinar matahari. Bahkan racunnya mampu membunuh manusia kurang dari satu jam. Ribuan ular viper tersebut hidup di pulau dengan luas 43 hektar ini.
“Dulu ada beberapa nelayan yang melihat pisang tumbuh di pulau ini. Mereka berlabuh di pulau untuk mengambilnya. Tapi tak ada yang pernah kembali,” ujar seorang nelayan Sao Paulo ketika Vice (film documenter) mewawancarainya.
Sebuah mercusuar dibangun di pulau tersebut untuk menerangi perairan di Sao Paulo. Sebelumnya dikabarkan ada penjaga yang tinggal di sana bersama keluarganya, namun beredar kabar jika mereka terbunuh karena ular.
Saat ini mercusuar tetap berdiri, meskipun tidak ada penjaga di sana. Meriam dijalankan dengan menggunakan baterai secara otomatis. Angkatan laun yang sedang bertugas akan mengganti baterai tersebut setiap beberapa bulan sekali. Tentu saja hal ini menjadi sebuah tugas yang kurang menyenangkan nampaknya bagi mereka.
Karena sulitnya persaingan dalam mencari makanan, jumlah ular di pulau tersebut justru terus berkurang. Selain itu, disinyalir ada beberapa orang yang dengan sengaja menangkap viper kepala tombak yang langka itu untuk dijual. Bahkan harganya pun bisa mencapai ribuan dollar di pasar gelap.
Seorang peneliti yang bernama Karina Rodrigues dari Butantan Institute memperkirakan jumlah ular viper di pulau tersebut “hanya tersisa” 1.500 sampai 2.000 ekor saja.
Namun demikian, tetap saja nama Pulau Ular tersebut seringkali membuat banyak orang ngeri. Sepertinya hanya penyelundup satwa, ilmuwan maupun angkatan laut saja yang berani menginjakkan kaki di pulau tersebut.