Source: http://germo-ndeso.blogspot.co.id/2012/02/cara-membuat-tanggal-posting-blog.html#ixzz4ObErovl4
78 TITIK: Kondisi sebaran titik api di Pulau Sulawesi, temasuk Provinsi Sulteng, Minggu (11/10). Titik api di bagiam Timur Pulau Sulawesi paling mendominasi.BMKG UNTUK RADAR SULTENG
PALU- Berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Mutiara Palu terdapat 78 sebaran titik api di wilayah Sulawesi Tengah (Sulteng). Hal itu terungkap berdasarkan hasil dari pantauan sensor MODIS (Satelit Terra & Aqua) pada Minggu (11/10).
Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG Mutiara Palu, Warjono mengungkapkan daerah sebaran titik api tersebar dibeberapa daerah seperti Kabupaten Banggai, Kabupaten Banggai Kepulauan, Kabupaten Banggai Laut, Kabupaten Buol, Kabupaten Morowali, Kabupaten Morowali Utara, Kabupaten Parigi Moutong, Kabupaten Poso, Kabupaten Sigi dan Kabupaten Tojo Una-una.
“Kemarin (Minggu, red) hingga tadi malam terpantau 78 titik api di Sulteng. Untuk pantauan titik api pada hari ini (Senin, red) akan keluar datanya pada malam harinya,” ucap Warjono kepada Radar Sulteng, Senin (12/10).
Lanjut Warjono, dari 78 sebaran titik api daerah yang paling banyak mempunyai sebaran panas tersebut dibandingkan dengan yang lain itu berada di Kabupaten Banggai dengan 28 titik dan kawasan Bualemo mendominasi dengan 8 titik api. Sisanya ada 28 titik api di Kabupaten Morowali paling banyak di Bungku Utara, dan 15 titik api di Kabupaten Tojo Una-una, yang paling banyak di Ulubongka dengan 8 titik api.
“Ini Tojo Una-una titik apinya paling besar-besar, dan paling sering terdapat titik api,” sebutnya.
Ia menambahkan, sebaran titik api yang mendominasi di wilayah timur dari pulau Sulawesi itu kemungkinannya tidak akan sampai memasuki wilayah Sulteng atau khususnya di Kota Palu. Hal tersebut diakibatkan wilayah di bagian Donggala setiap harinya terjadi hujan.
“Kalaupun ada asap akan dibersihkan dengan hujan. Asap akan menghilang karena ada hujan dan angin. Kalau sampai ada asap sangat kecil sekali tidak seperti yang kemarin,” jelasnya.
Ia mengungkapkan, khususnya untuk daerah Kabupaten Banggai, Kabupaten Tojo Una-una dan Kabupaten Morowali diperkirahkan curah hujan akan terjadi nanti di bulan November, Desember atau Januari.
“Di daerah sana masih kering, berbeda dengan Donggala yang sudah mulai ada curah hujannya walaupun intensitasnya ringan,” tandasnya. (acm).
JAKARTA -Tim gabungan Badan SAR Nasional (Basarnas) sampai siang ini belum berhasil menemukan keberadaan Helikopter EC 130 PK-BKA rute Samosir-Kualanamu, yang dinyatakan hilang Minggu (11/10) kemarin.
Tim di lapangan sempat menghentikan pencarian heli berisi lima orang tersebut lantaran kondisi ombak yang besar. Pencarian baru dilanjutkan pagi tadi dengan menyusur sekitar Danau Toba.
"Rencananya pencarian di Danau Toba dilakukan tadi malam, tapi karena ombaknya besar maka pencarian ke Danau Toba baru dimulai pagi tadi," ujar Kepala Pusat Komunikasi (Kapuskom) Kementerian Perhubungan, JA Barata kepada JPNN.com, Selasa (12/10).
Untuk hari ini sambung Barata, tim di lapangan akan memfokuskan pencarian helikopter milik PT Penerbangan Angkasa Semesta (PAS) itu di sekitar Danau Toba. Selain mengerahkan Basarnas Medan, pihak TNI juga bergerak membantu mencari keberadaan helikopter.
"Pihak Basarnas tengah berkonsentrasi mencari di Danau Toba dan sudah mulai bergerak sejak pagi tadi dibantu TNI," tandas Barata.
Sementara Direktur Navigasi Penerbangan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Novie Riyanto, tidak membenarkan maupun menampik. Menurutnya, kemungkinan itu masih ada. Apalagi, Emergency Locator Transmitter (ELT) yang dipasang di heli tidak terdeteksi hingga kini.
ELT diduga rusak karena benturan sangat keras. Sehingga, tim SAR tidak bisa menentukan dengan pasti lokasi heli sebelum akhirnya hilang.Untuk gambaran, ELT merupakan salah satu perangkat penting bagi pesawat. Jika pesawat mengalami kecelakaan, perangkat ini akan memancarkan sinyal untuk memberitahukan lokasi keberadaannya.
Rumor itu pun diperkuat dengan laporan salah seorang warga yang tengah berada di sekitar Danau Toba, pada Minggu (11/10). Menurut Novie, warga yang kala itu tengah memancing sempat mendengar suara sebuah heli terbang. Tak lama setelahnya, terdengar suara benda tercebur ke air cukup kencang sebelum akhirnya suara heli terbang menghilang.
“Segala kemungkinan ada, jatuh ke air atau tanah. Kami terima laporan warga seperti itu, semuanya info masih kita telusuri,” tuturnya saat ditemui di Jakarta, kemarin (12/10).
Pencarian yang masih abu-abu juga dikarenakan heli dengan regestrasi PK-BKA itu tidak melakukan kontak sama sekali dengan pihak Air Traffic Service (ATS). Dengan kata lain, pilot tidak membuat flight plan sebelum terbang. Oleh sebab itu, pihak air traffic center (ATC) tidak bisa mendeteksi lokasi heli yang membawa lima orang tersebut sebelum hilang. Oleh karenanya, pencarian heli EC130 kini hanya mengandalkan cara manual, yakni laporan dari warga.
“Dia tidak lapor mau terbang. Kami tahu hilang juga saat perusahaannya melapor kalau heli milik mereka tak kunjung datang,” paparnya.
Bukan hanya lalai dalam kewajiban membuat flight plan, pilot juga diketahui menyalahi aturan savety untuk jarak pandang (visibility). Novie membeberkan, dari laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) saat lepas landas dari Siparmahan, visibility hanya mencapai 400-800 meter.
Novie menegaskan, hal ini merupakan pelanggaran serius. Karena, sebagai pilot, kapten tegh Mulyanto seharusnya tahu jarak aman untuk menerbangkan sebuah heli atau pesawat udara. “Minimal itu 5000 meter,” tegasnya.
Menyusul musibah ini, izin usaha angkutan udara niaga tidak berjadwal milik PT Penerbangan Angkasa Semesta terancam dicabut. Keputusan ini diambil setelah menimbang jumlah kepemilikan pesawat oleh PT Penerbangan Angkasa Semesta.
Merujuk pada Undang-undang nomor 1 tahun 2009 tentang penerbangan dan Peraturan Menteri nomor 97 tahun 2015, jumlah kepemilikan pesawat udara untuk ijin usaha angkutan udara niaga tidak berjadawal minimal 3 unit pesawat udara (1 dimiliki dan 2 dikuasai). Direktur Kelaikan Udara dan Pengeoperasian Pesawat Udara Mohammad Alwi menuturkan, PT Penerbangan Angkasa Semesta mengoperasikan tiga pesawat udara sebelum tragedi ini terjadi.
“Tapi, dengan kejadian lost contact pesawat EC 130 B4 registrasi PK-BKA dan jika pesawat tersebut dinyatakan mengalami accident dan total loss, maka jumlah pesawat yang beroperasi sudah tidak memenuhi persyaratan,” tuturnya. Menyusul kondisi ini, maka Kemenhub secara resmi memebekukan ijin operasi dari PT Penerbangan Angkasa Semesta. Ijin dapat diperoleh kembali setelah syarat dipenuhi dan flight planning telah dibenahi. (mia/chi/jpnn)